Diberdayakan oleh Blogger.

PEMILIHAN REKTOR UNNES DAN PELIBATAN CIVITAS AKADEMIKA

Rabu, 26 Mei 2010

Sebentar lagi UNNES akan mengadakan hajatan besar berupa pemilihan rektor periode 2010 – 2014 yang akan diadakan tanggal 3 Juni 2010 mendatang . Dengan berbekal pada PP no 17 tahun 2010 dan Permendiknas no 67 tahun 2008 serta Purek no. 6 tahun 2010 segala ubo rampe yang berkaitan dengan ritual empat tahunan ini mulai dipersiapkan. Langkah awal adalah Pembentukan Badan Pekerja Senat yang kemudian melakukan penyusunan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pilrek 2010 . Konon katanya menurut Agus Wahyudin ( ketua BPS ) dalam rapat – rapat penyusunan draft peraturan ini diliputi perdebatan panjang namun sehat. Kemudian, Safari sosialisasi ke lembaga kemahasiswaan pun dilakukan, baleho besar berisi rundown agenda pilrek terpampang megah di beberapa titik kampus, tidak ketinggalan spanduk bertuliskan “ sukseskan pilrek 2010 “ juga banyak terlihat di kampus. Dari persiapan yang dilakukan BPS tadi tentunya pemilihan rektor kali ini adalah hal yang serius dan sangat urgen.
Keseriusan akan adanya pilrek ini hendaknya tidak hanya dirasakan oleh kaum elit birokrasi kampus semacam Senat Universitas ataupun Badan Pekerja Senat saja. Karena Pilrek adalah pemilihan pemimpin structural tertinggi Universitas yang didalamnya ada mahasiswa, dosen, karyawan, bahkan senat. Maka seluruh civitas akademika kampus seyogyanya ikut merasakan hiruk pikuk pemilihan rektor tersebut. Namun kenyataanya, sampai sekarang civitas akademika UNNES baik dosen, karyawan, maupun mahasiswa hanya bisa menjadi penonton di meja makan sendiri. Spanduk bertuliskan “ SUKSESKAN PEMILIHAN REKTOR 2010 – 2014 “ yang di pasang oleh Badan Pekerja Senat hanya menjadi pemanis semata.
UNNES sebagai unversitas dari sekian banyak universitas di Indonesia seyogyanya dapat menjadi pelopor demokratisasi di kampus dengan pelibatan seluruh civitas akademika dalam pemilihan rektor ini. Sistem pemilihan saat ini yang hanya mengandalkan senat sebagai pemilih dengan dalih bahwa senat lebih berkompeten karena didalamnya terdapat profesor dan wakil dari fakultas dan jurusan karena di dalamnya terdapat wakil dari fakultas 3 orang nampaknya belum mampu merepresentasikan suara civitas akademika UNNES. Dengan adanya pola semacam itu membuktikan bahwa budaya orde baru masih berkembang di kampus. Padahal kampus adalah salah satu elemen penting penegak transformasi era orde baru ke era reformasi. Selain itu, dengan pelibatan seluruh civitas akdemika UNNES dalam pilrek system kampus lebih berjalan akuntabel dan transparan karena rektor akan bertanggung jawab kepada seluruh civitas akademika tidak hanya kepada senat saja.
Pemilihan rektor UNNES dengan pelibatan civitas akademika kampus bagaimana pun bentuknya adalah bukti peran kampus dalam mensuskseskan transformasi demokrasi di Indonesia. Namun, saat ini sudah terlambat. Pilrek tinggal menghitung hari dan sekali lagi kita para civitas akademika hanya bisa jadi penonoton di meja makan sendiri. Tinggal kepengertianan dari pihak elit kampus terhadap pentingnya kaum alit kampus semacam kita ini dalam pilrek.
( Yuniar Kustanto )

Read more...

  © Blogger template Brownium by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP