Pemuda Soko Guru Perubahan
Rabu, 12 Januari 2011
Soekarno pernah berkata: “Berikan aku sepuluh pemuda, akan kuubah dunia”.
Sang visioner ini paham betul akan kekuatan yang mendarah daging dalam diri para pemuda. Pemuda adalah sokoguru perubahan. Hal yang sama juga diungkapkan Simon Frith, pemuda adalah salah satu strata kelas yang memiliki suatu identitas budaya tertentu dan merupakan satu model manusia unik dalam komunitas apapun sehingga ia terdeferensiasi (berbeda) dengan entitas lainnya, seperti anak kecil, dewasa hingga orangtua. Namun pemuda seperti apa yang kita harapkan di tengah kondisi bangsa Indonesia yang saat ini masih tidur lelap di atas akar rumput persoalan, seperti para pejabat yang suka mencuri harta rakyat, jaksa yang senang bermain mata dengan makelar suap, biaya pendidikan yang berpihak pada mereka yang berkantong tebal, ekonomi yang tidak pro rakyat, DPR yang tak lagi menjadi tempat rakyat mengadu nasib, reformasi yang tidak lagi menjadi bahasa bersama bagi perubahan yang diimpikan, dan yang jelas, mulut rakyat sudah tak bisa berbicara, karena sudah tak kuat bersuara. Mulut rakyat sudah berbusa, dan lidah pun sudah terkikis oleh asamnya keringat yang menjadi santapan makanan keseharian.
Di tengah kondisi carut marut ini, mestinya pemuda menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat (intelektual organic) dan menemui titik produktivnya sebagai insan yang bertanggung jawab atas kondisi sosial kemasyarakatan yang terjadi. Dengan kata lain, tugas pemuda adalah menjelaskan secara sistematis struktur penindasan yang sedang terjadi di masyarakat.
Sejarah mencatat, para pemuda pada zamannya telah banyak melakukan perubahan. Sebut saja pada tahun 1908, dengan gerakan pendidikannya, Budi Utomo telah menjadi tonggak awal sejarah pergerakan Indonesia menuju kemerdekaan. Berselang dua puluh tahun setelahnya, tepatnya 28 oktober tahun 1928, seluruh perkumpulan pemuda di nusantara berkumpul, guna mendeklarasikan persatuan nasional yang kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda. Puncaknya adalah ketika gemuruh revolusi 45 pecah dan melahirkan kemerdekaan bagi Ibu Pertiwi Indonesia. Pasca kemerdekaan bukan berarti istirahat dari tugas perjuangan. Para pemuda angkatan 1966 mendobrak tatanan lama dengan orde barunya. Bahkan, otorianisme rezim Soeharto yang telah bercokol selama 32 tahun pun berhasil ditumbangkan oleh pemuda Indonesia. Artinya, pemuda adalah aktor utama dalam sebuah film faktual yang berjudul: Pemuda sokoguru perubahan.
Akan tetapi, sejarah keemasan tersebut hanya menjadi rekam jejak yang tidak bermakna, ketika tidak disikapi secara kritis dan bijak. Agar jejak langkah perjuangan para pemuda dapat diestapetkan, dan spirit peringatan hari sumpah pemuda bisa menembus tapal pembatas setiap teritorial masing-masing daerah yang ada di NKRI ini, ada beberapa hal yang patut menjadi renungan, dan pada akhirnya bisa menjadi obrolan politik ditingkatan para pemuda yakni, pertama, menempatkan sejarah sebagai analisa (kontektualisasi) atas persoalan yang menimpa bangsa Indonesia saat ini, kedua memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai counter terhadap persoalan-persoalan normativ yang saat ini belum menjadi satu model produksi masyarakat, ketiga menjadikan ideologi sebagai senjata word view, alat dealiktika, keyakinan dan harapan akan perubahan di hari yang akan datang.
0 komentar:
Posting Komentar