Menjadi Mahasiswa Sebenarnya
Sabtu, 03 Januari 2009
Oleh : Yuniar K
Mahasiswa, menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti siswa atau siswi yang belajar di perguruan tinggi. Belajar di sini memiliki beragam arti, dapat diartikan kuliah, berorganisasi, berinteraksi, dan sebagainya. Mahasiswa adalah pemuda yang dapat merubah dunia dengan segala semangat dan tekadnya begitulah kiranya Ir. Soekarno berkata. Maha berarti tinggi dan siswa berarti orang terpelajar, sehingga tidak salah kalau masyarakat berharap banyak akan kontribusinya kepada negara dan warganya.
Masih terekam dalam ingatan kita bagaimana spirit and power mahasiswa era
98 menggulingkan pemerintah diktator “orde baru” yang selama 32 tahun berkuasa berhasil dihancurkan oleh spirit and power dari mahasiswa tersebut. Sehingga demokrasi yang kita enyam saat ini tidak lepas dari jasa – jasa para mahasiswa. Namun sekarang ini, mahasiswa yang katanya merupakan kaum intelektual yang mempunyai pemikiran kritis, analisa tajam, serta dieluka-elukan untuk meneruskan perjuangan itu, seakan-akan kehilangan rohnya.
Hilangnnya semangat dan tekad perjuangan menyebabkan lumpuhnya pergerakan mahasiswa sekarang ini. Idealisme-idealisme mahasiswa yang dulu pernah menjadi icon pergerakan kini menjadi isapan jempol belaka yang nihil implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Seakan – akan ideologi pergerakan mahasiswa saat ini hanya menjadi bumbu pemanis saja bagi jalannya pergerakan mahasiswa dikampus. Kampus yang dianggap sebagai pusat peradaban kaum intelektual pun yang penuh dengan suasana keilmiahan mahasiswa seakan mulai memudar dari kehidupan mahasiswa saat ini. Dan hanya beberapa saja yang bertahan.
Kampus yang saya amati sekarang ini adalah kampus yang cenderung berbudaya hedonisme.Budaya yang jauh dari ilmiah dan kesederhanaan. Budaya yang jauh dari konsekwensi – konsekwensi ideologis yang dipegang . Walaupun tidak semuanya begitu. Kita bisa melihat kampus sekarang ini tidak ubahnya seperti ajang fashion show bagi mahasiswanya. Mereka berlomba-lomba untuk memamerkan busana yang paling up to date, yang paling ngetrend, dandanan yang funky, atau dandanan yang mereka sebut gaul. Lebih parah lagi di diskotik – diskotik yang berada di kota- kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Jogjakarta bahkan Semarang pun para pengunjung yang memadatinya adalah mahasiswa. Sehingga tak jarang mahasiswa dijadikan objek oleh pengusaha diskotik dengan program ladies night, adholic atau program sejenisnya. Selain itu Mahasiswa yang disebut sebagai directur of change sekarang telah mengalami krisismoralitas. Hal yang paling sederhana misalnya kebiasaan titip absen dalam perkuliahan. Kelihatannya hal ini sepele, namun dampaknya luar biasa. Berawal dari kebiasaan ini nantinya akan berubah menjadi suatu kebutuhan. Kebiasaan negative seperti itu, akan terbawa hingga ketika mahasiswa menjadi “orang”. Bukan titip absent lagi tentunya, tetapi titip saudara atau temannya untuk bisa diterima oleh suatu instansi. Dengan demikian berarti mahasiswa telah terjerembab dalam kubangan KKN.
Selain itu, Mahasiswa sekarang adalah mahasiswa yang lebih tertarik untuk mendiskusikan tentang hal-hal remeh seperti gosip terhangat, artis favorit, film terbaru dibandingkan berdiskusi mengenai mata kuliah, isu-isu politik, permasalahan bangsa dan hal lain yang sifatnya ilmiah dan menuju arah kemajuan bangsa. Sedikit mahasiswa yang berminat untuk mengikuti LKTM (Lomba Karya Tulis Ilmiah) atau Diskusi kebangsaan dan seminar. Mereka lebih suka menonton konser musik daripada mengikuti seminar. Bahkan mereka rela meninggalkan kuliah demi untuk nonton grup band kesayangannya manggung. Jika demikian, masih banggakah kita disebut mahasiswa?
Sudah saatnya kita kembali menjadi mahasiswa sebenarnya. Mahasiswa yang memiliki spirit and power untuk menuju bangsa yang lebih bermartabat. Mahasiswa yang tidak mudah untuk terprovokasi oleh bualan busuk adu domba. Saatnya mahasiswa kembali pada hakikatnya.
0 komentar:
Posting Komentar